Lauhul
Mahfuzh berarti “terpelihara” (mahfuzh), jadi segala sesuatu yang
tertulis di dalamnya tidak berubah atau rusak. Dalam Alquran, ini
disebut sebagai “Ummul Kitaab” (Induk Kitab), “Kitaabun Hafiidz” (Kitab
Yang Memelihara atau Mencatat), “Kitaabun Maknuun” (Kitab Yang
Terpelihara) atau sebagai Kitab saja. Lauhul Mahfuzh juga disebut
sebagai Kitaabun Min Qabli (Kitab Ketetapan) karena mengisahkan tentang
berbagai peristiwa yang akan dialami umat manusia.
Dalam
banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauhul Mahfuzh. Sifat
yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan
dari kitab ini:
Dan
pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daupun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan
bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Al An'aam, 6:59)
Sebuah ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauhul Mahfuzh:
Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al An'aam, 6:38)
Di
ayat yang lain, dinyatakan bahwa “di bumi ataupun di langit”, di
keseluruhan alam semesta, semua makhluk dan benda, termasuk benda
sebesar zarrah (atom) sekalipun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam
Lauhul Mahfuzh:
Kami
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari
Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di
langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari
itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul
Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)
Rasulullah SAW ini:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ. رواه الترمذي
"Tidak ada yang dapat menolak Qodlo' (ketentuan) Allah selain do'a. Dan tidak ada yang dapat menambah umur selain (perbuatan) baik." (HR Tirmidzi)
Dapat dikatakan sebenarnya Qodlo' (ketentuan) Allah SWT itu memungkinkan untuk diubah melaui doa sehingga jatah umur pun yang sudah ditulis di Lauhul Mahfudz dapat dihapus kemudian ditulis ulang dengan perbuatan baik. Perbuatan baik ini bisa dalam bentuk shodaqoh, menebar kebaikan di setiap langkah kita dan beramal sholeh lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu walupun Qodho dan Qadar hanya Allah SWT yang mengetahutinya akan tetapi kita haru stetap berusaha.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ. رواه الترمذي
"Tidak ada yang dapat menolak Qodlo' (ketentuan) Allah selain do'a. Dan tidak ada yang dapat menambah umur selain (perbuatan) baik." (HR Tirmidzi)
Dapat dikatakan sebenarnya Qodlo' (ketentuan) Allah SWT itu memungkinkan untuk diubah melaui doa sehingga jatah umur pun yang sudah ditulis di Lauhul Mahfudz dapat dihapus kemudian ditulis ulang dengan perbuatan baik. Perbuatan baik ini bisa dalam bentuk shodaqoh, menebar kebaikan di setiap langkah kita dan beramal sholeh lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu walupun Qodho dan Qadar hanya Allah SWT yang mengetahutinya akan tetapi kita haru stetap berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar